MANUSIA MENCARI KEBENARAN
A.
MANUSIA
ADALAH MAKHLUK BERTANYA
Manusia
adalah makhluk yang dilebihi satu keistimewaan dari makhluk lainnya yaitu akal
yang diberikan dari sang pencipta, dan manusia harus mempertanggung jawabkan
pemberian istimewanya itu. Manusia diciptakan dengan kelebihan dibanding
makhluk lain. Manusia memiliki sifat rasa ingin tahu. Hal ini yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Rasa ingin tahu manusia selalu berkembang, dia
selalu bertanya dan bertanya.
Jika ia sudah tahu untuk "apa" ia
akan bertanya mengapa dan bagaimana hal itu atau suatu fenomena bisa
terjadi. Dengan akalnya manusia terus
bertanya, mencari jawaban atas setiap pertanyaan. Dengan menggunakan akalnya inilah manusia
berusaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul pada dirinya.
Pertanyaan –
pertanyaan ini muncul sejak manusia mulai bisa berbicara dan dapat
mengungkapkan isi hatinya. Makin jauh jalan pikirannya, makin banyak pertanyaan
yang muncul , makin banyak usahanya untuk mengerti. Jika jawaban dari
pertanyaan –pertanyaan tersebut mencapai alasan atau dasar, sebab atau
keterangan yang sedalam-dalamnya, maka puaslah ia dan tidak akan bertanya lagi.
Akan tetapi,
jika jawaban dari pertanyaan itu belum mencapai dasar, maka manusia akan
mencari lagi jawaban yang dapat memuaskannya. Untuk apa sebenarnya manusia
bertanya-tanya dan mencari jawab dari pertanyaan-pertanyaan tersebut? Semua itu
dilakukan karena manusia ingin mencari kebenaran.
B.
MANUSIA
ADALAH HEWAN BERPIKIR
Manusia mempunyai ciri istimewa, yaitu kemampuan berpikir yang ada
dalam satu struktur dengan perasaan dan kehendaknya (sehingga sering disebut
sebagai makhluk yang berkesadaran). Aristoteles memberikan identitas sebagai
animal rationale.
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia?.
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berpikir. Apa yang dipikirkan oleh manusia?.
Manusia memikirkan segala sesuatu, baik yang dapat diindera maupun
yang tidak dapat diindera. Segala sesuatu yang dapat diindera manusia disebut
pengalaman atau experience, sedangkan segala sesuatu yang tak dapat diindera
oleh manusi disebut dunia metafisika (meta = beyond, metafisika = beyond
experience. Berpikir tentang experience disebut berpikir empirikal, dan
berpikir tentang dunia metafisika disebut berpikir transcendental.
Berpikir adalah olah otak untuk mengetahui sesuatu yang belum
diketahui. Dengan demikian, berpikir mestinya menghasilkan tahu tentang
sesuatu, yang jika diakui secara umum menjadi pengetahuan. Proses mengetahui
sesuatu itu membutuhkan waktu berpikir, prosesnya dapat berlangsung cepat atau
lambat tergantung pada kerumitannya.
Lazimnya, cara berpikir untuk mengetahui sesuatu itu adalah dengan
mengurai atau merangkai sesuatu yang menghasilkan pengertian dan pengetahuan
baru. Kegiatan mengurai atau merangkai sesuatu dalam proses berpikir adalah dua
hal yang saling berkaitan.
Berpikir adalah suatu proses kegiatan kerja yang melibatkan otak . Otak
manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right
hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum.
Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis,
berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan
belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan
harus tumbuh dalam keseimbangan.
Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala
fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami
otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan
menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern
memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri”
yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan
pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar. Apa yang disebut benar bagi setiap orang sifatnya relatif, oleh sebab
itu kegiatan proses berpikir untuk memperoleh kebenaran itu juga berbeda untuk
setiap orang. Ciri-ciri penalaran adalah: 1) Adanya suatu pola berpikir yang
secar luas yang disebut logika, yakni proses berpikir logis yang bersifat jamak
(plural) bukan tunggal (singular): dan 2) Penalaran adalah sifat analitik dari
proses berpikir, artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang
menggunakan logika ilmiah.
Berdasarkan kriteria penalaran tersebut, masih banyak pola berpikir
yang tidak termasuk logis dan analitis, yaitu perasaan yang merupakan
kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Namun kegiatan berpikir juga ada
yang tidak berdasarkan penalaran, umpamanya intuisi.
C. HUBUNGAN “ TANYA” DAN “ PIKER”.
Ilmu Mantiq menyimpulkan,”manusia
hewan berpikir.” Beerling menyimpulkan,”manusia adalah hewan bertanya.”
Masalahnya bagi kita bagaimana hubungan antara “piker”dan”Tanya”. Apakah saling
bertentangan?apakah berbeda ? atau sama?
Saudara Harimurti
Kridalaksana(1955-1958) berkata,”orang yang berpikir adalah orang yang
bertanya. Orang yang tidak pernah bertanya tidak pernah berpikir!”. Manusia
tidak dapat melepaskan sesuatu dari pikirannya. Jadi sebagai manusia kita
seharusnya banyak bertanya karena manusia yang bertanya adalah manusia yang
berpikir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar